Perubahan mendasar dan totalitas berdasarkan Al Quran & Sunnah

All about Valentine Day

mencoba mengumpulkan Berbagai artikel dan tulisan tentang VALENTINE DAY.

bisa juga dilihat di forum diskusi Group: Generasi Revolusi Suci 2011

bismillah,

#New Release

Remaja Cerdas, Tolak Valentine!

oleh: Ria Fariana (www.facebook.com/profile.php?id=100000035758408&ref=ts#!/riafariana)

Tiap tahun membicarakan Valentine. Tiap tahun juga makin banyak Muslim yang sadar untuk mengingatkan saudaranya akan bahayanya hari Valentine. Tapi anehnya, kok ya masih banyak remaja-remaja yang keras kepala tidak mau sadar dan disadarkan akan bahaya yang sedang mengintainya ini. Gimana nggak bahaya kalau hari Valentine itu merusak dari semua segi, mulai akidah hingga ke amaliah. Mulai dari keyakinan kamu sebagai seorang muslim hingga ke perbuatan.

Asal-muasal hari Valentine sendiri tak bisa dilepaskan dari sejarah milik non muslim. Ada versi yang menyatakan bahwa seorang pendeta bernama Valentino rela mati demi membela dua anak manusia memadu cinta dalam sebuah ikatan yang TIDAK sah. Ya, karena satu dan lain hal, kedua remaja yang sedang di mabuk cinta ini nekad melanggar aturan. Versi lain tentang asal-muasal Valentine yaitu bahwa hari ini adalah hari kawinnya burung tertentu lalu ditiru oleh manusia zaman itu. Dan masih banyak versi lainnya yang semuanya itu mengarah ke pergaulan bebas antar lawan jenis.

Nah, jelas banget bahwa dari sejarahnya saja sudah sangat kentara bahwa perayaan ini bukan milik kita, umat Islam. Apalagi bila kita jeli tentang perkembangan perayaan hari Valentine yang semakin tahun semakin mengokohkan saja yang namanya gaul bebas itu. Pesta seks digelar. Miras? Jangan ditanya. Intinya, perayaan Valentine adalah perayaan kemaksiatan yang dibungkus modernitas. Padahal sekali maksiat tetep aja maksiat judul dan isinya. Maka, remaja muslim yang cerdas pastilah gak mungkin ikut-ikutan perayaan semacam ini.

….Masih banyak remaja muslim yang ikut-ikutan merayakan hari Valentine. Mereka gak tahu kalau perayaan Valentine adalah budaya non Islam yang penuh kemaksiatan….

Tapi kok masih banyak remaja yang mengaku dirinya muslim ikut-ikutan merayakan hari Valentine? Ada beberapa faktor. Bisa jadi tuh remaja gak tahu kalau perayaan Valentine adalah budaya non Islam yang berisi kemaksiatan. Sajikan fakta bahwa pesta atau perayaan valentine selalu diisi dengan hal-hal yang berbau pergaulan bebas. Bahkan banyak data menunjukkan penjualan kondom laku keras di malam Valentine ini. Bila remaja itu masih ngotot ikutan merayakan Valentine, maka jelas banget kalo tuh remaja bukan tipe yang cerdas.

Hanya remaja yang tak memakai otak saja yang mau ikut-ikutan perayaan hari Valentine. Mereka ini ibarat kerbau yang dicocok hidungnya dan mengekor saja apa yang dilakukan oleh orang lain tanpa dia paham maknanya. Bagi remaja pintar, ia pasti akan memaksimalkan otaknya plus keimanannya untuk menimbang perbuatan yang akan dilakukannya. Dan tentu saja, perayaan hari Valentine tak masuk ke dalam hitungannya.

Jadi, daripada kamu sibuk mempersiapkan acara Valentinan pada tanggal 14 Februari nanti, mending kamu mempersiapkan diri dan amunisi untuk memahamkan teman-temanmu yang masih keukeuh mau merayakan hari kemaksiatan itu. Kamu bisa mulai dengan menempelkan banyak tulisan-tulisan yang intinya menyadarkan remaja muslim dari acara hari Valentine. Nah, bila ini sudah maksimal kamu lakukan, hasilnya serahkan Allah saja.

….Remaja yang cerdas, so pasti berani suarakan TOLAK VALENTINE dengan tegas….

Remaja yang membaca tulisan dan seruan itu, akan terlihat kualitasnya usai mereka membacanya. Akan terlihat mana yang cerdas yaitu mereka yang mencampakkan ide dan perayaan hari valentine, dan mereka yang membeo yaitu mereka yang tetap ikut-ikutan merayakaannya. Dan remaja muslim berkualitas, so pasti pilih yang pertama. Karena remaja cerdas, berani tegas suarakan “TOLAK VALENTINE”! [riafariana/voa-islam.com]

***###***

Say No To Valentine’s Day

oleh: Rahma Sari M

http://www.facebook.com/profile.php?id=100000035758408&ref=ts#!/profile.php?id=1461052715

atau katakan tidak untuk valentine’s day khususnya untuk kaum muslim, atau yang mengaku dirinya seorang muslim sudah sepatutnya dia mengatakan say no to valentine day’s.

Berikut adalah penjelasan tentang mengapa kita sebagai muslim tidak boleh merayakan valentine day’s

Alhamdulillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kama yuhibbu robbuna wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.

Cikal Bakal Hari Valentine

Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).

Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)

Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:

  1. Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
  2. Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
  3. Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
  4. Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.

Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.

Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.

Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir

Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ

“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)

Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud.

Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.

Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman

Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)

Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.

Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.

Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti

Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

مَا أَعْدَدْتَ لَهَا

“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

Orang tersebut menjawab,

مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,

فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”

Anas pun mengatakan,

فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”

Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?

Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!

Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat

“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)

Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.

Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyimrahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullahmengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”

Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.

Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan

Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain.

Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)

Penutup

Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”

Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

semoga postingan ini mendapat ridho Allah dan dapat membantu menyebarkan sesuatu hal yang baik.. Amin

Jangan tertipu ya adek-adek…. (^_^)v

http://berita.disuka.com/education/islam/say-no-to-valentine-days/

***###***

Misteri Valentine’s Day (1): Bermula dari Lupercalian Festival

jmlhopetech.wordpress.com
Jelang pertengahan Februari ini, Eramuslim mencoba mengangkat peristiwa yang dirayakan hampir seluruh anak muda di dunia, yaitu hari kasih sayang yang lebih populer dikenal sebagai Valentine’s Day yang selalu jatuh pada tanggal 14 Februari.

Valentine’s Day dengan segala pernak-perniknya sesungguhnya tidak lepas dari arus utama Konspiratif yang hendak menghancurkan ketauhidan seperti yang diajarkan para penyampai Risallah sejak Adam a.s. hingga Muhammad SAW. Banyak sisi dari ‘hari istimewa’ tersebut yang belum banyak kita ketahui. Banyak yang menyangka, umat Islam dilarang mengikuti ritual tersebut semata-mata karena bersumber dari ritual kaum Nasrani. Ini salah besar. Gereja Katolik pun pernah mengeluarkan larangan umatnya untuk ikut-ikutan Valentine’s Day. Bahkan Katolik Ensiklopaedia menyatakan ritual Valentine’s Day berasal dari ritual pemujaan terhadap setan (The Satanic Ritual) dan paganisme.

Bukan itu saja, daya hancur Valentine’s Day juga dahsyat, terutama dari sisi akidah dan moral. Sasaran utama penghancuran ini tentu saja generasi muda.

Dalam bahasa Inggris, “Kasih Sayang” ditulis sebagai “Affection”, bukan “Love”. Ada perbedaan mendasar antara istilah Affection dengan Love. Yang pertama lebih dekat dengan perasaan atau curahan hati, bersifat kejiwaan yang halus dan indah, sedang yang kedua, “Love”, lebih dekat dengan tindakan yang mengarah kepada kegiatan atau aktivitas seksual. Mungkin sebab itu, hubungan seksual disebut sebagai “Making Love”.

Nah, terkait dengan pemahaman tersebut, Valentine’s Day sesungguhnya tidak tepat jika diartikan sebagai “Hari Kasih Sayang”. Karena peristiwa yang terjadi berabad tahun silam, yang kini diperingati sebagai Hari Valentine, berawal dari suatu peristiwa yang lebih tepat disebut sebagai pesta kemaksiatan (Making Love Party) ketimbang Pesta Kasih Sayang. Peristiwa tersebut merupakan suatu ritual bagi bangsa Pagan Roma yang dinamakan Lupercalian Festival.

Dalam kepercayaan Pagan Roma, bulan Februari dianggap sebagai bulan penuh “cinta” (Love, bukan affection) dan bulan kesuburan (baca: masa birahi atau syahwat). Lupercalian Atau Lupercus sendiri merupakan nama Dewa Kesuburan (Dewa Pertanian dan Gembala), yang dipercaya berwujud seorang lelaki perkasa dan berpakaian setengah telanjang dengan hanya menutupi tubuhnya dengan kulit kambing. Mitologi mengenai Lupercus terkait erat dengan kisah Remus dan Romulus yang tinggal di bukit Palatine dan diyakini kisahnya mengawali pembangunan Kota Roma.

Selain Roma, kepercayaan Pagan Yunani Kuno juga meyakini bulan Februari—tepatnya pertengahan Januari dan mencapai puncaknya pada pertengahan Februari—merupakan bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada perkawinan suci Dewa Zeus dan Hera. Baik kepercayaan Pagan Roma maupun Pagan Yunani, keduanya meyakini bahwa Februari merupakan bulan penuh gairah dan cinta (baca: syahwat).

LUPERCALIA FEST
Lupercalia Festival merupakan sebuah perayaan yang berlangsung pada tanggal 13 hingga 18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Pada tanggal 13-nya, di pagi hari, pendeta tertinggi pagan Roma menghimpun para pemuda dan pemudi untuk mendatangi kuil pemujaan. Mereka dipisah dalam dua barisan dan sama-sama menghadap altar utama. Semua nama perempuan muda ditulis dalam lembaran-lembaran kecil. Satu lembaran kecil hanya boleh berisi satu nama. Lembaran-lembaran yang berisi nama-nama perempuan muda itu lalu dimasukkan kedalam wadah mirip kendi besar, atau ada juga yang menyebutnya di masukan ke dalam wadah mirip botol besar.

Setelah itu, sang pendeta yang memimpin upacara mempersilakan para pemuda maju satu persatu untuk mengambil satu nama gadis yang telah berada di dalam wadah secara acak, hingga wadah tersebut kosong. Setiap nama gadis yang terambil, maka sang empunya nama harus menjadi kekasih pemuda yang mengambilnya dan berkewajiban melayani segala yang diinginkan sang pemuda tersebut selama setahun hingga Lupercalian Festival tahun depan.

Tanpa ikatan perkawinan, mereka bebas berbuat apa saja. Dan malam pertama di hari itu, malam menjelang 14 Februari hingga malam menjelang 15 Februari, di seluruh kota, para pasangan baru itu merayakan apa yang kini terlanjur disebut sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Suatu istilah yang benar-benar keliru dan lebih tepat disebut sebagai ‘Making Love Day’ alias Malam Kemaksiatan.

Pada tanggal 15 Februari, setelah sehari penuh para pasangan baru itu mengumbar syahwatnya, mereka secara berpasang-pasangan kembali mendatangi kuil pemujaan untuk memanjatkan doa kepada Dewa Lupercalia agar dilindungi dari gangguan serigala dan roh jahat. Dalam upacara ini, pendeta pagan Roma akan membawa dua ekor kambing dan seekor anjing yang kemudian disembelih diatas altar sebagai persembahan kepada Dewa Lupercalia atau Lupercus. Persembahan ini kemudian diikuti dengan ritual meminum anggur.

Setelah itu, para pemuda mengambil satu lembar kulit kambing yang telah tersedia dan berlari di jalan-jalan kota sambil diikuti oleh para gadis. Jalan-jalan kota Roma meriah oleh teriakan dan canda-tawa para muda-mudi, di mana yang perempuan berlomba-lomba mendapatkan sentuhan kulit kambing terbanyak dan yang pria berlomba-lomba menyentuh gadis sebanyak-banyaknya.

Para perempuan Romawi kuno di zaman itu sangat percaya bahwa kulit kambing yang dipersembahkan kepada Dewa Lupercus tersebut memiliki daya magis yang luar biasa, yang mampu membuat mereka bertambah subur, bertambah muda, dan bertambah cantik. Semakin banyak mereka bisa menyentuh kulit kambing tersebut maka mereka yakin akan bertambah cantik dan subur.

Upacara yang sangat dinanti-nantikan orang-orang muda di Roma ini menjadi salah satu perayaan favorit. Hal ini tidak aneh mengingat kehidupan masyarakat Pagan Roma memang sangat menuhankan keperkasaan (kejantanan), kecantikan, dan seks. Bahkan para Dewa dan Dewi—tuhan mereka—digambarkan sebagai sosok lelaki perkasa dan perempuan yang cantik nan menawan, dengan pakaian yang minim bahkan telanjang sama sekali. Bangsa Roma memang sangat memuja kesempurnaan raga. Banyak literatur menulis tentang tradisi Pagan Roma tersebut. Sampai sekarang, pusat-pusat kebugaran yang menjadi salah satu ‘tren orang modern’ disebut sebagai Gymnasium atau disingkat Gym saja, yang berasal dari istilah Roma yang mengacu pada tempat olah tubuh.

Tradisi pemujaan terhadap keperkasaan dan kecantikan ini, dan tentunya semuanya bermuara pada pendewaan terhadap syahwat, tidak menghilang saat Roma dijadikan pusat Gereja Barat oleh Kaisar Konstantin. Gereja malah melanggengkan ritual pesta syahwat ini dengan memberinya ‘bungkus kekristenan’ dengan mengganti nama-nama gadis dan para pemuda dengan nama-nama Paus atau Pastor atau orang-orang suci seperti Santo atau Saint (laki-laki) atau Santa (Perempuan). Mereka yang melakukan ini adalah Kaisar Konstantin sebagai Paus pertama dan Paus Gregory I. Bahkan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I menjadikan Lupercalian Festival ini menjadi perayaan Gereja dengan memunculkan mitos tentang Santo Valentinus (Saint Valentine’s) yang dikatakan meninggal pada 14 Februari.

Inilah apa yang sekarang kita kenal sebagai ‘The Valentine’s Day’. Lupercalian Festival yang sesungguhnya lebih tepat disebut sebagai ‘Making Love Day, merupakan asal-muasal peringatan ini. Oleh sejumlah pihak yang ingin mendapat keuntungan dari ritual tersebut dan eksesnya, momentum itu disebut sebagai ‘Hari Kasih Sayang’, sesuatu yang sangat jauh dan beda esensinya. (Selengkapnya Baca: Eramuslim Digest Edisi 5: The Dark Valentines, Ritual Setan yang Sekarang Dipuja)

***###***

#>1

vhatti1309.multiply.com 

AssaL@Mu’aLaYkum????????????
SaHAbaT TaWu Kah SetIap Tggl 14 KebaNyakan TmaN2 Qt DAri SgL PnJuru DuNia Tw Bhaw tggL Ini AdaLh PeRiNgatan Hari KaSih SayaNg Atw YG di KenAl deNgan “VAleNtiNe Day” SeBeNarNya ApaSih di BaliK tgl Ini>… TaPi Ap PeNdaPt KaLian ,,,,, jikA Qt HuBungKAn DEngAn SauDAra2 Qt Di PaLesTiNe,,,,,,,,,,,,
Qt Baca&reNuNgi B’Sama YuuK,,,,,…..

ArTiKel Ini Di AdoP Dari http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/valentine-and-palestine.html

Buletin Gaul Islam
13 Februari 2009 – 15:29

Valentine and Palestine

gaulislam edisi 069/tahun ke-2 (20 Safar 1430 H/16 Februari 2009)

There were no valentines
for the kids in palestine
no v-cards
no valentines day
there were no candy hearts
for the old decripit ones
no candy
no cinnamon buns
all you little boys and girls
we’ll give you all our candy pearls
pearls pearls pearls pearls pearls
we’ll give you candy pearls
where has all the candy gone?
candy candy candy
where has all the love gone?
Pernah dengar lagu dari lirik di atas? Nggak usah minder kalo belum, karena lagu ini memang bukan major label alias indie. Genrenya juga abstrak, bukan termasuk pop, rock, rap apalagi dangdut. Bahkan si penyanyi yaitu Tishomingo juga nggak jelas asal usulnya. Suaranya pun sangat cempreng dan nggak asik untuk didengar. Tapi at least, kita jadi tahu apa yang dia mau dari lirik lagu ciptaannya ini. Ia masih mau peduli dengan nasib jutaan manusia di Palestina, yang bagi zionis Israel dengan dukungan Amerika ingin dimusnahkan hingga akar-akarnya. Gimana nggak, bila bayi merah pun mereka bunuh dengan tangan dingin.

Terlepas dari sejarah asal-usul Valentine, hari ini diyakini oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang. Hari yang penuh dengan permen, coklat, boneka, benda-benda berbentuk hati, dan warna pink. Budaya yang awal mulanya dari Italia dan kemudian dikomersilkan oleh Amerika ini semakin mendunia. Negeri-negeri muslim termasuk Indonesia pun jadi latah ikut-ikutan. Seakan-akan bila belum ikut merayakan hari Valentine, hidup serasa kurang pas, nggak gaul dan siap dicap kuno.

Amerika, Eropa dan banyak negeri muslim pun jejingkrakan merayakan Valentine. Memang sih ada beberapa orang yang merayakannya dengan syahdu tapi tetep aja ujung-ujungnya juga mengarah ke gaul bebas dan konsumerisme. Terus, apa dong hubungan antara hari Valentine dengan Palestine terutama Gaza yang awal tahun ini diserang selama 22 hari nonstop itu? Ikuti yuk, biar paham.

Valentine, Palestine
Wah…apa hubungannya antara Palestina dengan hari Valentine? Secara langsung emang nggak ada hubungannya, tapi kalo dipaksa-paksain bisa juga yaitu dengan tujuan sekadar tahu seberapa buruk wajah Valentine dikaitkan dengan isu Palestina.

Bulan Februari semua toko dan hampir semua pusat perbelanjaan menjajakan barang-barang berlabel hari kasih sayang. Nggak cuma Amerika sebagai lokomotif penjaja budaya ini, tapi termasuk Indonesia dan banyak negeri muslim lainnya rela menjadi gerbong kayak sapi ompong yang ikut-ikutan merayakannya.

Lagu di atas ditulis oleh anak muda yang peduli tentang nasib bangsa Palestina. Dikaitkan dengan Valentine yang katanya hari kasih sayang, fenomena ini sangat jauh dari perlakuan dunia terhadap masalah Palestina. Nah, karena perayaan Valentine ini masih dekat dengan luka Gaza sejumlah 1300 nyawa lebih dibantai Zionis atas izin Amerika, maka kita patut untuk mengaitkannya dan melihat kebobrokannya.

Lagu di atas tuh kurang lebih terjemahan bebasnya gini neh: kalo emang Valentine itu hari kasih sayang, trus kemana rasa cinta itu pergi bila sudah kena masalah Palestina? Nah, bahkan anak muda yang nulis lirik ini aja punya kesadaran kemanusiaan tinggi kayak gini, gimana dengan kamu-kamu yang masih aja merayakan Valentine di saat sodara-sodara kita dibantai?

Lagu ini sebetulnya nyentil banget untuk melihat betapa bopengnya wajah peradaban Barat yang suka bersembunyi atas nama cinta dan kasih sayang. Ketika Israel penjajah dihujani roket dari wilayah Gaza aja, mereka teriak-teriak seakan dunia runtuh. Padahal para zionis itulah yang datang tak diundang untuk merampok wilayah Palestina. Namun ketika Penduduk Palestina mempertahankan diri, eh…malah dibilang teroris dan dibantai. 1300 jiwa melayang dengan mayoritas anak-anak dan wanita jadi korban. Namun apa kata pemerintah Amerika dan PBB yang katanya badan perdamaian? Mereka sepakat mendukung Israel dan meneruskan pembantaian atas rakyat Gaza.

Kedua pemerintah negara ini memang saling bantu dalam hal melemahkan kaum muslimin dari segala aspeknya, terutama dari segi budaya. Bahkan, bila ditelusuri, ternyata negeri penjajah semacam Israel pun, mempunyai tradisi yang tak jauh beda dengan perayaan Valentine ala Barat. Kita tak perlu heran Israel ikut-ikutan perayaan Valentine ini karena bukankah yang mempunyai ide adalah Israel besar? (baca: Amerika= Israel besar, Israel= Amerika kecil).

Valentine ala Yahudi
Hadirnya hari Valentine, tidak begitu asing bagi komunitas Yahudi terutama dalam lingkup negara yang dirampas dari Palestina, yaitu Israel. Hari tersebut disebut Tu B’Av yang artinya adalah tanggal lima belas bulan Av (bulan orang Yahudi), kira-kira kalau dalam penanggalan masehi, tanggal ini jatuh sekitar akhir bulan Juli.
Tu B’Av ini adalah hari untuk merayakan cinta bagi orang Yahudi yang kurang lebih seperti hari Valentine. Para gadis yang dalam agama Yahudi begitu banyak larangan untuk bergaul dengan lawan jenis, pada Tu B’Av mereka keluar rumah dan memakai baju putih hasil dari meminjam serta berdansa-dansi di kebun anggur. Mereka berdansa untuk menarik lawan jenis dengan mengucapkan kata-kata “Hai para pemuda, bukalah mata kalian dan lihatlah kami. Pilihlah kami sebagai pasanganmu.”

Tak jauh beda dengan Valentine, mereka pun saling memberi bunga, permen, coklat, boneka, dan benda-benda lainnya dengan bentuk hati. Kapitalisme pun mengintip dan dimanfaatkanlah momen ini untuk meraup untung sebanyak mungkin dengan persewaan hotel, restoran dirancang dengan romantis dan lain sebagainya. Bahkan tradisi berpakaian putih itu pun ditinggalkan dan diganti dengan kaos nanggung yang (maaf) kelihatan pusarnya. Jadilah ajang ini tempat untuk melampiaskan nafsu dengan berzina atas nama hari kasih sayang.

So, bila Valentine yang notebene berasal dari budaya Romawi yang dipoles oleh budaya Kristiani lalu nyambung dengan budaya Yahudi, kita nggak perlu heran. Mereka tidak mengenal dosa, karena bagi mereka yang penting hidup ini having fun. Surga neraka itu urusan belakangan. Sangat khas sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan) yang itu bertentangan dengan Islam. Yang pantas kita herankan adalah apabila ada kaum muslimin yang masih mau turut serta berpartisipasi dalam ajang yang jelas-jelas maksiat ini.

Tengoklah Palestina
Dari uraian di atas, marilah kita tengok Palestina yang baru saja dihancur-leburkan oleh Israel laknatullah. Nyambung nggak sih kasih sayang yang mereka gembar-gemborkan itu dengan kenyataan? Ada yang nggak nyambung dengan teori mereka tentang cinta dan kasih sayang bila dikaitkan dengan fakta pembunuhan keji anak-anak dan wanita atas nama memerangi terorisme. Teori mereka basi. Masa iya sih yang kayak begini masih aja kalian percaya untuk mengikuti yang namanya Valentine atau apa pun dengan menyalahgunakan cinta dan kasih sayang?

Di saat anak-anak dan remaja Palestina hidup di pengungsian tanpa rumah, tanpa makanan, tanpa selimut di musim dingin, masa iya kamu tega menghamburkan uangmu untuk sekedar candle light dinner dengan sang pacar? Ketika tiap saat hidup mereka terancam bom kimia Israel yang membuat mereka cacat seumur hidup dan merasakan sakit tak tertahankan, masih kamu tega befoya-foya dan berpesta atas nama hari kasih sayang?

Coklat, permen dan boneka yang merupakan bagian dari dunia anak-anak adalah barang mahal untuk dinikmati. Ketapel dan batu adalah mainan dan senjata bagi anak-anak dan remaja Palestina untuk melawan Israel yang diperlengkapi dengan senjata modern sokongan dari Amerika.

Bila ingin belajar cinta dan kasih sayang, layangkan pandanganmu ke tempat konflik ini. Seorang ibu yang rela melepas putra tersayangnya untuk berjihad demi cinta kepada Allah dan rasulNya. Seorang pengantin baru yang rela meninggalkan istri demi seruan jihad melawan Israel. Seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan usia 10 tahun menggendong adiknya yang balita dengan sayang karena orang tuanya sudah syahid. Lalu, bentuk cinta yang seperti apa lagi yang kita inginkan?

Kita memang beda
Menjadi seorang muslim itu berbeda. Kita tidak butuh cinta semu berbalut nafsu atas nama maksiat. Kita butuh bukti bukan janji. Kita tidak butuh slogan-slogan cinta bila faktanya tak ada. Cinta dan kasih sayang yang diobral dalam acara bertajuk Valentine, ibarat baju yang diobral seribu tiga. Cinta dan kasih sayang itu jadi murahan dan kehilangan nilai serta rasanya. Nggak asik, gitu lho.

Cinta dalam Islam diperlakukan dengan agung. Cara memperoleh pasangan juga sudah diatur sedemikian rupa agar tidak melanggar harkat dan martabat manusia sebagai manusia. Harga diri masing-masing individu juga dijaga, bukan untuk diobral dengan genit sambil berdansa-dansi. Memberi coklat, bunga, dan kado pun boleh untuk mempererat ukhuwah dan selama tidak menimbulkan fitnah. Apalagi dalam kehidupan suami istri, wah…sangat dianjurkan itu.

Tidak ikut-ikutan acara Valentine bukan berarti kuno. Kuno atau tidaknya seseorang itu bukan dilihat dari ikutan ajang maksiat tersebut atau tidak. Tapi kuno tidaknya seseorang itu dilihat dari pola pikir dan perilakunya. Israel itu kuno, karena beraninya cuma bila didukung Amerika di persenjataan dalam melawan perlawanan Palestine. Israel itu kuno dan kejam karena beraninya cuma membunuh anak-anak dan wanita. Israel itu kuno ketika ia tidak berani face to face dalam bertempur dengan musuhnya. Jadi semua tentang zionis Israel itu kuno, kejam dan tak berperikemanusiaan. Masa iya, udah tahu begini kamu masih mau ikut-ikutan?

Tidak mem-beo acara Valentine bukan berarti anti Barat. Hal-hal yang bersifat netral dan tidak merusak akidah, bisa kita terima dengan tangan terbuka. Misalnya saja teknologi seperti komputer, pesawat terbang bahkan belajar bahasa Inggris. Itu sah-sah aja kok untuk dipelajari dan dimanfaatkan bagi kemaslahatan manusia. Tapi bila sudah pada tataran pemikiran dan peradaban semisal perayaan Valentine, natalan, demokrasi, hedonisme, permisifisme (paham serba boleh), atau isme lainnya, wah…nanti dulu.

Seorang muslim itu punya prinsip. Dia tidak akan pernah terombang-ambing oleh serbuan budaya yang nggak jelas asal-usulnya. Yang nggak jelas aja nggak mau apalagi yang jelas-jelas bukan budaya Islam dan tujuannya adalah merusak generasi muda muslim semisal Valentine’s Day ini. Jadi mulai saat ini, detik ini, tanamkan dalam diri kamu bahwa Valentine’s Day NO, tapi Islam YES, okay? Siippp deh!

#>2

Tunjukkin Cinta Lo!
Posted in Buletin Studia Tahun ketujuh by abu fikri on the April 21st, 2007 

Hmm…ngomongin cinta di bulan Februari, pasti kamu-kamu langsung pada ngeh mau dibawa ke arah mana topik ini. Suasana bertabur pink, simbol â€?LOVE’ berbentuk daun waru atau Dewa Cupid lagi belajar memanah. Itu semua gampang didapetin di mana-mana. Di setiap sudut plaza dan mal, hotel dan pertokoan, hingga acara TV dan radio, semua rebutan untuk mengekspos momen ini.

Diskon digeber besar-besaran, mulai dari baju, sepatu, hingga aksesoris rambut sampe ke (maaf) underwear. Nah, yang nggak pernah ketinggalan adalah bunga dan coklat. Rasanya bulan Februari hambar tanpa keduanya.

Yup, Valentine. Nuansa merah jambu dan semua hal yang romantis udah mulai terasa sejak kita menginjak bulan Februari. Lihat aja tuh stasiun tv semua pada memanjakan pemirsanya dengan sajian love mulu. Acara-acara spesial siap digeber. Lagu-lagu cinta dan romantis berkumandang. Duh…udah deh seakan dunia milik berdua bagi yang lagi kasmaran. Yang lain mah ke laut aje hehe…

Itu sebabnya, di momen ini seakan memalukan bin �haram’ untuk jadi jomblo. Berbagai acara tambahan digelar untuk memfasilitasi para jombloers mencari pasangan agar di hari Valentine, genap tanggal 14 Februari nanti nggak gigit jari. Kalo udah gini, apa pun bakal dilakoni. Nggak peduli malu-maluin juga. Daripada entar dapat predikat KDI alias Kasihan Deh Ih!

Hati-hati ya!
Yup, kita emang harus meningkatkan kewaspadaan terhadap perayaan yang satu ini. Karena doi ibarat racun berlumur madu. Kelihatan manis tapi sebetulnya berbahaya. Apalagi bila dibungkus dengan embel-embel cinta. Duh…mana ada manusia yang nggak suka terhadap kosakata yang satu ini?

Perayaan cinta, hmm…terdengar manis kan? Sebaliknya, mana ada perayaan hari kebencian? Yang ada emang perayaan hari cinta kasih. Sebetulnya banyak banget budaya impor lain yang udah mulai mencemari perilaku para muda-mudi muslim. Cuma emang yang paling mendunia dengan alasan topik universal yah hari valentine alias V-Day ini. Padahal juga nggak harus gitu-gitu amat.

Cinta emang universal. Tapi cara merayakannya yang nggak. Kamu nggak bisa memungkiri kalo perayaan selalu dipengaruhi oleh cara pandang seseorang terhadap kehidupan. Kalo mereka memandang bahwa hidup ini adalah sebagai ajang hura-hura dan foya-foya, maka perayaan mereka pun nggak jauh dari sikap hidup permisif alias serba boleh. Nggak ada yang namanya halal dan haram. Lha wong mereka menganggap bahwa kehidupan ini nggak ada hubungannya dengan agama. Agama biar di pojok-pojok masjid yang berdebu, untuk hidup di dunia yang penting mau sama mau. Yang penting enjoy aja lagi.

Coba kamu tengok gimana cara merayakan orang-orang dari mana Valentine itu berasal. Mulai dari mempersiapkan gaun pesta hingga memilih calon pasangan buat merayakan momen itu. Foto-foto dengan pose seronok yang menampilkan daya tarik fisik dipajang dengan harapan ada lawan jenis yang nyamperin. Setelah itu blind date. Tahu kan blind date? Kencan dengan lampu dimatikan gitu? Yang nggaklah, Non. Kencan cuma dengan berbekal foto doang. Kita nggak tahu apakah orang yang bakal kita temui nanti adalah pembunuh berantai misalnya. Atau pengangguran yang punya tampang perlente tapi paling mampu tampil meyakinkan. Dalam momen beginian, yang punya wajah ala artis sinetron dan body ala gitar Spanyol yang pasti laku. Yang punya tampang pas-pasan dan body jauh dari aduhai, siap-siap gigit jari aja.

Di hari H nanti, sudah jadi rahasia umum kalo pesta seks selalu digelar. “Itu kan di Barat, Indoensia beda dong.� Mungkin itu alasan kamu. Inget Non, yang namanya mental dijajah, apa pun yang dilakuin penjajahnya pasti bakal diikutin. Secara terbuka gaung pesta seks mungkin belum terdengar. Tapi kalo kamu sedikit jeli, di acara Fenomena Trans TV atau pun buku Moammar Emka yang best seller itu, intrik-intrik seks binatang model apa pun ada.

See, jangan pernah bilang lagi kalo yang begituan nggak mungkin terjadi di Indonesia. Maka benar sabda Rasulullah saw. : “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?� (HR Bukhari Muslim)

Nah, kalo udah kayak gini, rasa-rasanya kasihan banget kosakata cinta yang sering disalahgunakan oleh manusia. Dan penyalahgunaan ini menemukan momennya di acara Valentine Day. Acara baku syahwat digelar atas nama cinta. Laki perempuan campur baur dalam satu ruangan. Masa’ iya ada acara V-Day tapi laki kumpul sama jamaah laki, perempuan kumpul sama perempuan. Terus, satu sama lain saling menasihati dalam kebaikan. Hihi…itu mah di forum pengajian atuh ya.

V-Day = hari cinta kasih?
Nah, sekarang kenapa pula harus bulan Februari? Lebih sempitnya lagi kenapa juga harus tanggal 14 Februari? Kalo perayaan hari cinta kasih or kasih sayang dibatasi tanggal or bulan seperti ini, kayaknya sempit banget. Kalo kamu yang pro perayaan ini beralasan bahwa ini kan cuma perayaannya aja, tapi kasih sayangnya yah kudu everyday-everywhere. Kalo emang udah kayak gitu, terus ngapain lagi ada perayaan V-Day? Tul nggak?

Terus terang nih ye, V-Day yang dari semula emang sengaja ditujukan untuk penghormatan kepada pendeta St. Valentino yang mati dihukum penguasa Romawi, emang sengaja disulap pake embel-embel hari kasih sayang. Supaya kamu-kamu yang muslim nggak merasa jengah ketika ikutan merayakannya. Terus perayaan yang semula ditujukan bagi muda-mudi aja untuk cari pasangan seks, sengaja dikamuflase dan diperluas hingga ke sayang or cinta pada ayah ibu or sesama.

Padahal kalo kita mau sedikit aja untuk jeli, perayaan V-Day adalah perayaan kemunafikan. Serigala berbulu domba, racun dilumuri madu. Gimana nggak, kalo budaya yang diimpor dari Barat ini mengajarkan kasih sayang dengan perayaan V-Day ternyata pada saat bersamaan mereka pula yang menjajah dan membombardir Irak, Afghanistan, Moro, Chechnya dll. Di saat para sipir penjara di Guantanamo dan Abu Ghraib foya-foya merayakan V-Day, pada saat yang sama mereka menyiksa dengan keji para tahanan yang mayoritas Muslim dan belum tentu terbukti bersalah.

Kontradiktif banget. Karena pada dasarnya perayaan V-Day emang perayaan untuk gaul bebas, bukan perayaan cinta. Catet tuh, bila perlu diwarnai pake stabilo.

Jangan tertipu, Non!
Sebagai muslim, kamu kudu jadi remaja cerdas. Cerdas untuk nggak ikut-ikutan budaya yang nggak ada tuntunannya dalam syariat Islam, pun juga cerdas dalam menyikapi fenomena menjamurnya perayaan V-Day.

Ibaratnya nih, melihat tembok yang nangkring di depanmu, jangan cuma diam dan manggut-manggut aja. Biasakan untuk kritis mencari tahu kenapa ada tembok didirikan di depanmu, kenapa nggak di kampung sebelah misalnya. Lalu siapa yang mendirikan tembok itu, apa tujuannya didirikan tembok dan semua pertanyaan-pertanyaan kritis.

Sama. Ketika ada perayaan V-Day, kamu juga kudu kritis. Apa bener ini perayaan cinta seperti yang digembar-gemborkan itu? Padahal perayaan cinta kalo di negeri asal V-Day ini nggak jauh-jauh dari ngelakuin seks bebas. Kamu tahu apa bahasa Inggris-nya untuk aktivitas yang pantasnya dilakukan suami-istri ini? Making love. Yup, saya aja dulu sempat terkecoh mengira bahwa istilah ini nggak ada hubungannya sama esek-esek.

Makanya kamu kudu berhati-hati dan jeli kalo ada orang menghubungkan V-Day dengan cinta. Itu sama juga artinya menghubungkan V-Day dengan seks. Again, kamu kudu kritis mencari tahu tujuan diadakannya V-Day ini, siapa orang-orang di baliknya, siapa yang getol banget mempromosikannya, trus kenapa juga harus V-Day. Jangan mau hanya jadi remaja kayak kerbau dicocok hidungnya, ngikut apa pun yang dilakukan oleh orang lain meski itu bertentangan dengan keyakinan kita.

Lagipula kalo emang perayaan cinta dan bukan perayaan seks, ngapan juga setiap pesta yang digelar hampir selalu mensyaratkan bawa pasangan masing-masing. Tul kan?

Dan yang paling utama, perayaan V-Day dengan budaya serba bebas ini berasal dari pandangan hidup sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Kalo agama yang mayoritas mereka anut memang pantas karena memang tidak ada aturan secara rinci gimana melakoni kehidupan dengan baik dan benar. Tapi kalo Islam? Islam itu ad-dien yang maknanya bukan hanya sekadar agama ritual. Tapi Islam adalah ad-dien yang bermakna the way of life, ideologi, pandangan hidup atau bahasa kerennya mabda’.

So, karena sifat Islam yang beda inilah kamu-kamu nggak bisa asal ngikut sesuatu yang nggak ada tuntunannya dalam Islam. Salah-salah kalo kamu masih tetep ngeyel ngelanggar, malah terjerembab dalam aktivitas yang sia-sia bahkan mengakibatkan dosa. Itu karena kalo kamu udah meyakini diri sebagai seorang muslim, segala aktivitasmu di dunia bakal ada pertanggungjawabannya di akhirat. Beda kalo Islam kamu sebatas KTP aja. Biar udah diingetin sedemikian rupa, bawaannya EGP aja, Emang Gue Pikirin? Naudzhubillah. Moga kamu bukan remaja muslim tipe ini yah.

Bangga dong jadi Muslim!
Loh, apa hubungannya? Orang yang latah suka meniru-niru tanpa pengetahuan tentang apa yang ditirunya itu, itu menunjukkan kepercayaan diri orang itu rendah. Nggak percaya? Coba tanya diri kamu sendiri. Kalo kamu ikut-ikutan ngerayain V-Day, apa pemicunya?

Bisa aja kan kamu beralasan, “Nggak enak sama temen, entar dikira nggak gaul kalo nggak ikutan.� Ikutan V-Day biar disangka modern, gitu? Ehm.. ngaku nggak nih?

Padahal kamu tuh muslim. Muslim itu punya pendirian, nggak gampang ikut-ikutan. Bisa-bisa entar termasuk ke dalam golongan yang tasyabuh alias menyerupai kaum kafir. Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum (gaya hidup dan adat istiadatnya), maka mereka termasuk golongan tersebut.� (HR Abu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar)

Beda kalo kamu bangga sebagai muslim. Ketika ada teman yang ngajak untuk ikut perayaan Vday, kamu bisa dengan tegas tapi sopan untuk menolaknya. Bahkan bisa jadi kamu memberi penjelasan ke temanmu itu tentang apa dan bagaimananya V-Day itu untuk menjauhkan pemuda muslim dari Islam sebagai the way of life.

Dalam Islam, kasih sayang tidak kenal waktu dan tempat tertentu. Semua situasi dan kondisi adalah momen di saat kita bisa menunjukkan dan merayakan cinta. Nggak harus nunggu tanggal 14 Februari. Bagi kaum Muslimin, di tiap detik dan nafasnya adalah ungkapan cinta.

Kalo kamu bersin dan mengucapkan hamdallah, Rasulullah kekasih kita menganjurkan Muslim lain yang mendengarnya untuk menjawab dengan yarhamukallah dan dijawab lagi oleh yang bersin yahdikumullah yang artinya semoga Allah merahmatimu, begitu juga dengan dirimu. Saling mendoakan.

Ini hanya salah satu contoh. Belum lagi anjuran Islam untuk menghormati yang tua dan menyayangi yang muda dalam setiap waktu, tak perlu nunggu setahun sekali untuk menyatakan cinta. Betu? Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu (kaum muslimin), hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.�? ? (HR Bukhari dan Muslim)

See, kalo mau tahu yang namanya bentuk riil kasih sayang dan bukan hanya slogan, Islamlah buktinya. Nggak perlu kamu ikut-ikutan V-Day hanya dengan alasan hari kasih sayang or cinta kasih. So, kalo kamu emang Muslim, “Tunjukkin cinta lo di jalan yang benar sesuai ajaran Islam! Berani? Kita tunggu deh. Oke? [ria]

(Buletin STUDIA – Edisi 280/Tahun ke-7/13 Februari 2006)#

>3

Valentine Day, makin angot saja. Remaja muslim banyak yang ikutan. Begitu pula kebiasaan pacaran. Bukti kalahnya budaya Islam? 

Kalau sudah masuk bulan Febuari, nuansa cinta bertebaran. Warna pink jadi dominan. Coklat, asesoris dengan bentuk hati (mohon jangan dibaca dua kali!), dan seabreg-abreg kartu cinta laku banget. Belum lagi request lagu cinta macam Dilemma-nya Nelly Tidak perlu kita ceritain kalo itu adalah bagian dari ritual peringatan Valentine Day (Hari cinta sedunia).

Wah, kita mah mau terus terang aja ya Mas, Den, Mba’, Teh, kalo Valentine Day adalah budaya kufur. Sudah terlalu banyak sejarawan–muslim ataupun non-muslim yang membeberkan kalau peringatan Valentine Day itu berkaitan dengan ritual agama di luar Islam.

Malah, tidak sedikit pemuka agama Nasrani yang juga keberatan pada umatnya yang hanyut dengan kegiatan Valentine Day ini. Menurut mereka Valentine Day nggak ada hubungannya dengan keimanan kaum Nasrani. Menurut Ken Sweiger yang menulis artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Jadi, sama sekali nggak ada hubungan dengan agama Nasrani.

Dengan agama Islam? Wah, bak langit dan kerak bumi. Kagak nyambung abis. Nggak percaya? Cari aja di Al Qur’an, kitab-kitab hadits ataupun kitab-kitab fikih. Nggak ada satupun ulama yang menganjurkan peringatan Valentine Day. Yang ada malah larangan berat. Sebut saja firman Allah Ta’ala:

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)

Juga hadits Nabi saw. : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalamnya.”

Juga sabdanya yang lain:

“Barangsiapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada urusannya dalam perkara kami (agama Islam), maka ia tertolak.”

So, kalo ada remaja muslim/muslimah yang kelatahan beli coklat, permen, asesoris bentuk hati atau ngirim gambar via sms atau MMS yang berhubungan dengan Valentine Day, kita kasih aja tiga kata: ISTIGHFAR DEH LO..!

[Yulianna/Gaul Islam] www.voa-islam.com

#>4

Jumat, 12/02/2010 13:11 WIB (eramuslim.com) 

Pada bulan ini, kita selalu saja menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian. Anak-anak muda berlomba mengucapkan “selamat hari Valentine”, berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “hari kasih sayang”.

Kita mungkin selama ini telah banyak menyaksikan Valentine terjadi di negeri yang Muslimnya paling banyak ini. Sebenarnya apa Valentine ini?

Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi). Dan kita sudah hafal pula bahwa Valentine adalah kebiasaan orang-orang non-Muslim.

Pandangan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah.

Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”

Sejarah dan Latar Belakang Valentine

Sekadar mengingatkan saja jika Valentine itu budaya turun-termurun dari nenek moyang orang Barat. Pada awalnya orang-orang Romawi merayakan hari besar mereka yang jatuh pada tanggal 15 Februari yang diberi nama Lupercalia. Peringatan ini adalah sebagai penghormatan kepada Juno (Tuhan wanita dan perkawinan) serta Pan (Tuhan dari alam ini) seperti apa yang mereka percayai. Setelah penyebaran agama Kristen, para pemuka gereja mencoba memberikan pengertian ajaran Kristen terhadap para pemuja berhala itu. Pada tahun 496 Masehi, Paus Gelasius (Pope Gelasius) mengganti peringatan Lupercalia itu menjadi Saint Valentine’s Day, yaitu Hari Kasih Sayang Untuk Orang-Orang Suci.

Dalam sejarah perayaan Valentine, para ahli sejarah tidak setuju dengan adanya upaya untuk menghubungkan hal itu dengan St. Valentine, seorang pendeta yang hidup di Roma pada tahun 200 masehi, di bawah kekuasaan Kaisar Claudius II. St. Valentine ini pernah ditangkap oleh orang-orang Romawi dan dimasukkan ke dalam penjara, karena dituduh membantu satu pihak untuk memusuhi dan menentang Kaisar. St. Valentine ini berhasil ditangkap pada akhir tahun 270 masehi. Kemudian orang-orang Romawi memenggal kepalanya di Palatine Hill (Bukit Palatine) dekat altar Juno.

Dalam kaitannya dengan acara Valentine’s Day, banyak pula orang mengkaitkan dengan St. Valentine yang lain. St. Valentine ini adalah seorang bishop (pendeta) di Terni, satu tempat sekitar 60 mil dari Roma. Iapun dikejar-kejar karena memengaruhi beberapa keluarga Romawi dan memasukkan mereka ke dalam agama Kristen. Kemudian ia dipancung di Roma sekitar tahun 273 masehi. Sebelum kepalanya dipenggal, bishop itu mengirim surat kepada para putri penjaga-penjaga penjara dengan mendoakan semoga bisa melihat dan mendapat kasih sayang Tuhan dan kasih sayang manusia. “Dari Valentinemu” demikian tulis Valentine pada akhir suratnya itu. Surat itu tertanggal 14 Februari 270 M. sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang. Nah, jelaskan?

Valentine: Lubang Biawak Untuk Orang Islam

Kita sekarang melihat bahwa Valentine ini dijadikan begitu spesial oleh orang-orang di sekeliling kita. Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a bahwa Rasulullah Muhammad saw bersabda: “Kamu akan mengikuti sunnah (kebiasaan) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehinggakan mereka masuk ke dalam lubang biawak (buaya) kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang kamu maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Bukhori dan Muslim).

Notes:
Valentine selalu diidentikan dengan malaikat kecil bersayap yang membawa panah cinta. Malaikat itu bernama Cupid (berarti: The Desire). Konon, menurut kabar burung dari negeri dongeng, ia adalah putra Nimrod “the hunter” Dewa Matahari. Cupid disebut juga Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri! Naudzubillahimindzalik! (sa/ind/berbagaisumber)

#>5

[Al-Islam 493] Kehebohan dalam rangka “Hari Kasih Sayang” (Valentine’s Day) begitu terasa selama sepekan ini. Kehebohan itu sekarang bukan hanya melanda ABG, tetapi juga melanda orang-orang dewasa. Kehebohan itu menghiasai halaman-halaman media massa dari media cetak hingga televisi. Mall dan pusat perbelanjaan sampai toko-toko kecil pun turut larut dalam kehebohan itu. 

Kehebohan ini dibungkus dengan sebutan yang indah, “Hari Kasih Sayang”, yang mendorong semua orang untuk mengungkapkan cinta dan sayangnya kepada orang-orang dekat mereka khususnya pasangan. Namun sejatinya, kehebohan ini sarat dengan kampanye seks bebas dan desakralisasi keperawanan (keperawanan tak lagi dianggap ’suci’). Kehebohan “Hari Kasih Sayang” ini seiring-sejalan dengan pornoaksi. Hal ini bisa dilihat dari laris manisnya penginapan dan tempat-tempat pelesiran selama Valentinan yang dipesan dan didatangi oleh pasangan muda-mudi dan pria-wanita dewasa. Omset penjualan kondom yang melonjak juga menandakan bahwa kehebohan “Hari Kasih Sayang” ini tidak jauh dari aktifitas seks bebas. Selama Valentinan, suasana memang didesain erotis dan dipadu dengan budaya konsumsi coklat yang mengandung Phenylethylamine dan Seratonin. Coklat ini memacu gairah ekstase dan erotis serta berefek meningkatkan kegembiraan dan stamina.

Kampanye Seks Bebas dan Budaya Liberal

“Hari Kasih Sayang” yang diperingati setiap bulan Februari hanyalah salah satu sarana sekaligus momentum kampenye seks bebas, khususnya di kalangan generasi muda. Bulan Desember lalu, Hari AIDS se-Dunia juga dijadikan momentum yang sama.

Kampanye sekaligus praktik seks bebas sebetulnya sudah lama berlangsung dan dilakukan secara luas. Hal itu bisa dilihat dari beberapa data hasil penelitian. Misalnya, berdasarkan hasil survei Komnas Anak dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 propinsi pada tahun 2007 terungkap sebanyak 62,7 % anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak perawan. Sebanyak 21,2 % anak SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi. (Media Indonesia, 19/7/08).

Maraknya seks bebas juga bisa dilihat dari data tentang HIV/AIDS. Hal itu karena HIV/AIDS, 75-85%-nya ditularkan melalui hubungan seks, 5-10 persen melalui homoseksual, 5-10 persen akibat alat suntik yang tercemar terutama pengguna narkoba jarum suntik dan 3-5 persen tertular lewat transfusi darah. Padahal Departemen Kesehatan RI memperkirakan, 19 juta orang saat ini berada pada risiko terinfeksi HIV. Menurut data Yayasan AIDS Indonesia (YAI), jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia per Maret 2009, mencapai 23.632 orang. Dari jumlah itu, sekitar 53 persen terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30-39 tahun sekitar 27 persen.

Perilaku seks bebas yang marak itu dipengaruhi oleh budaya liberal. Muncul dan menyebarnya budaya liberal di Tanah Air bukanlah proses yang berlangsung alami, tetapi merupakan hasil dari proses liberalisasi budaya yang dijalankan secara sistematis dan terorganisir. Liberalisasi budaya juga tidak jauh-jauh dari rekayasa Barat. Budaya liberal atau budaya bebas itu bukanlah berasal dari ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini. Budaya itu lebih merupakan budaya Barat yang mengusung nilai-nilai liberal yang dimasukkan (baca: dipaksakan) ke tengah-tengah masyarakat negeri ini. Jadi berkembangnya budaya liberal di Tanah Air itu tidak lepas dari konspirasi Barat.

Liberalisasi Budaya dan Motif Penjajahan

Konspirasi liberalisasi budaya oleh Barat terhadap negeri Muslim tidak lepas dari motif penjajahan. Dengan liberalisasi budaya itu masyarakat di negeri-negeri Muslim, termasuk masyarakat negeri ini, akan kehilangan identitas lalu memakai baju Barat atau bahkan mengekor identitas Barat tanpa lagi mempertimbangkan halal atau haram. Barat hanya menginginkan masyarakat, khususnya generasi muda, berpenampilan Barat, tetapi kosong dari produktivitas, daya inivasi dan kemajuan sains dan teknologi seperti halnya Barat. Dengan begitu masyarakat negeri ini hanya akan menjadi pengekor Barat. Akhirnya, penjajahan dan penghisapan oleh Barat pun tidak akan dipermasalahkan karena Barat dijadikan panutan. Dengan mengadopsi gaya hidup Barat, masyarakat negeri ini pun akan menjadi pasar besar bagi produk-produk Barat.

Konspirasi itu bukan hanya isapan jempol belaka. Namun benar-benar nyata adanya. Secara i’tiqadi, al-Quran telah menginformasikan bahwa orang-orang kafir secara keseluruhan akan terus memerangi umat islam, baik secara fisik maupun pemikiran, agar umat Islam keluar dari Islam (QS 2: 217). Al-Quran juga mengformasikan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepada umat ini hingga umat ini mengikuti millah (sistem dan cara hidup) mereka (QS 2: 120).

Secara faktual konspirasi liberalisasi budaya itu bisa dirasakan. Konspirasi itu setidaknya dijalankan melalui: Pertama, pada tingkat falsafah dan pemikiran dilakukan dengan menanamkan paham sekularisme, liberalisme dan hedonisme. Sejatinya budaya bebas itu berpangkal dari ketiga paham tersebut. Sekularisme adalah ide dasar yang mengesampingkan peran agama dari pengaturan kehidupan. Sekularisme menuntun manusia untuk menempatkan agama hanya pada ranah individu dan wilayah spiritual saja. Sekularisme itu ‘mengharamkan’ agama ikut andil dalam mengatur kehidupan. Sekularisme mengajaran bahwa manusia bebas mengatur hidupnya tanpa campur tangan Tuhan.

Inilah inti dari paham liberalisme, yakni paham yang menanamkan keyakinan bahwa manusia bebas mengelola hidupnya. Paham liberalisme ini mengagungkan kebebasan individu, baik dalam berpendapat, berperilaku, beragama maupun dalam kepemilikan.

Adapun paham hedonisme mengajarkan manusia untuk mengejar kenikmatan materi dan jasadi serta melakukan apa saja yang bisa mendatangkan kenikmatan itu, termasuk kesenangan yang lahir dari hubungan seks. Paham ini tercermin dalam slogan fun (kesenangan), food (makanan/pesta) dan fashion (busana). Dengan paham ini manusia didorong untuk mengejar kenikmatan dengan jalan bersenang-senang, termasuk di dalamnya bersenang-senang dengan melakukan seks bebas, berpesta demi mendapatkan kenikmatan dari lezatnya makanan dan bisa merasa senang dengan jalan selalu tampil gaya dan modis. Paham hedonisme itu mengajarkan, agar manusia bisa mendapatkan kenikmatan itu, manusia harus dibebaskan untuk meraih dan mengeskpresikannya serta tidak boleh dikekang.

Semua paham itu tidak akan bisa berkembang kecuali dalam sistem demokrasi dan di tengah-tengah masyarakat yang demokratis. Paham-paham itu berjalan seiring dengan proses demokratisasi yang begitu gencar dilancarkan di negeri-negri Muslim, termasuk negeri ini.

Kedua, liberalisasi budaya itu dikemas dalam berbagai program secara internasional yang dikawal oleh PBB dan lembaga-lembaga internasional. PBB mengeluarkan berbagai konvensi dan kesepakatan internasional terkait dengan isu HAM, kesetaraan gender, dan lain-lain, semisal Konvensi tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (CEDAW), kesepakatan Konferensi Kependudukan (ICPD), MDGs, BPFA dll yang spiritnya sama-sama menuntut kebebasan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Kemudian negara-negara Dunia Ketiga (termasuk negeri-negeri Muslim) diharuskan (dipaksa) meratifikasi semua itu. Lahirlah berbagai UU yang melegalkan kebebasan.

Selanjutnya semua itu dijalankan melalui serangkaian aksi dan program secara nasional baik oleh LSM-LSM maupun oleh pemerintah sendiri. Misal, program kesetaraan gender yang bahkan menjangkau tingkat kelurahan. Ada pula program kampanye dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang sejatinya mengkampanyekan seks bebas asal aman; program kondomiasasi; dan program harm reduction dalam bentuk substitusi dan pembagian jarum suntik steril; dan yang lainnya. Program-program itu dikemas dalam berbagai bentuk baik seminar, talkshow, pelatihan, pembentukan buzz group, konsultasi, pendampingan, dsb; menggunakan berbagai sarana; serta melibatkan mulai kalangan birokrat hingga remaja dan kampanye melalui berbagai media massa.

Adapun paham hedonisme ditanamkan melalui media massa cetak, radio dan televisi melalui program-program yang lebih bernuansa pesta, musik, fesyen dan hiburan. Dalam semua itu terlihat secara kasatmata bahwa banyak sekali program yang merupakan kopian dari program-program yang sama di Barat.

Menyelamatkan Umat dari Liberalilasi Budaya

Liberalisasai budaya yang sudah berjalan secara luas itu telah banyak menelan korban; di antaranya puluhan ribu orang terkena HIV/AIDS, jutaan kehamilan diaborsi, jutaan pecandu narkoba, rusaknya keharmonisan jutaan keluarga, ribuan anak-anak terlantar, ekspolitasi perempuan, kejahatan seksual, dan sebagainya.

Budaya liberal itu hanyalah buah dari diterapkannya sistem sekular dengan sistem Kapitalismenya yang mengagungkan ide kebebasan (liberalisme). Karena itu, sudah selayaknya umat Islam mencabut ideologi dan sistem sekular seperti saat ini yang telah menumbuhkan budaya liberal dan nyata-nyata menimbulkan banyak persoalan kemanusiaan dan kerusakan atas umat manusia.

Sebagai gantinya, sekaligus untuk memperbaiki dan menyelamatkan umat serta mengembalikan menjadi umat luhur, sudah saatnya kita kembali pada tatanan kehidupan yang didasarkan pada syariah Islam. Sebab, hanya Islamlah dengan serangkaian sistemnya yang merupakan satu-satunya solusi bagi seluruh problem dan persoalan hidup manusia. Allah SWT berfirman:

]أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ[

Hukum Jahiliahkah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).

Hanya sistem Islamlah yang akan mampu memberikan kebaikan dan kehidupan yang membawa kebaikan bagi umat manusia. Allah SWT menegaskan:

]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian pada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian (QS al-Anfal [8]: 24)

Karena itu, marilah kita segera mematuhi seruan Allah SWT itu sebagaimana firman-Nya:

]اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لاَ مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللهِ مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَأٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ[

Patuhilah seruan Tuhan kalian sebelum datang suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kalian tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak pula dapat mengingkari (dosa-dosa kalian) (QS asy-Syura [42]: 47).

WaLlâh a’lam bi ash-shawâb. []

#> 6

KENAPA VALENTINE HARUS 14 FEBRUARI? 

Valentine dirayakan setiap 14 februari sesuai dengan arti kata Valentain
Va berasal dari Fa yang merupakan urutan nada ke-4 dari solmisasi
Do re mi fa
Jadi Fa disini menunjukkan ‘empat’
Lent adalah bentuk ke tiga dari kata “Lend” yang dalam basa english
berarti meminjamkan atau dipinjam.
Nahh…dalam pinjam meminjam harus ada unsur ‘belas kasihan’
Maka Lent bisa diartikan sebagai ‘belas’
Tine berasal dari kata asli twin yang artinya kembar
Kata kembar adalah identik dengan angka 2
Maka kata valentine yang asli katanya berasal dari “Falenttwin” mempunyai
arti
Fa = empat
Lent = belas
twin = dua
Jadi Empat belas bulan kedua
Alias 14 Februari
Itulah kenapa valentine diperingati setiap tanggal 14 februari
(Hanya orang-orang dengan gangguan mental dan orang-orang yang mau bunuh diri, yang percaya bahwa tulisan ini benar)

SEJAK KAPAN VALENTINE DIPERINGATI?

Berdasarkan buku-buku tentang sejarah valentine yang saya baca
-Baik buku berjudul “valentine di jaman majapahit’, “Primbon Valentine“
sampai buku “Da Valentine Code“-
Serta searching internet di wikipedia dan google
Maka didapatkan kesimpulan tentang sejarah awal mula valentine secara
detil dan sangat rinci
yaitu bahwasanya valentine mulai dirayakan SEJAK DULU
(hehehehe…)

KENAPA VALENTINE IDENTIK DENGAN COKLAT?

haalaaah…
ini jawabanyya gampang aja
Karena coklat itu romantis.. kan asik kalo pas candle light dinner trus
ngasihnya coklat
Coba bayangin kalo ngasihnya nasi tumpeng, kan susah!
Jadinya ga romantis tapi tragis

KENAPA VALENTAIN IDENTIK DENGAN PINK?

Sebenarnya bisa aja dijawab:
Kalo pake item-item, ntar disangkain dukun
Kalo pake biru-biru, disangkain satpam
Kalo pake putih-putih, disangkain pocong
Kalo pake ijo-ijo, disangkain kolor ijo
Kalo pake ab- abu, disangkain babu
ya kan?
jadi emang cucoknya warna pink!

JIKA APA KITA MERAYAKAN VALENTINE?

satu
Jika ada pasangan alias pacar!
Karena aneh aja kalo makan candle light sendirian, nulis kartu valentine
buat diri sendiri, termasuk ngasih coklat buat diri sendiri sambil
menciumi diri sendiri di depan kaca…
(narsis akut)

Dua
jika punya modal
Karena apa?
Coklat itu mahal, coklat gambar ayam jago aja paling gak uda seribu rupiah
Belum lagi beli kartu ucapannya, makan malemnya, bunga mawarnya…byuh
byuh byuh…
Ingat..
“cinta itu buta….tapi butuh duit”
heheheheh

APA TEMA VALENTINE TAUN INI?

Ada beberapa tema valentain taun ini, yaitu:
valentain dengan bawain coklat 5 kilo digotong sendirian dari jakarta ke
bogor
(CAPPEEEE DEEHHH….)
Valentine sambil menikmati singkong yang dikasih ragi
(TAPEEEE DEEHHH….)
Valentine sambil makan sambal merah pedas di mangkuk berbentuk hati
(CABEEEEE DEEEHH….)
Valentine dengan memakai pakaian serba pink. Baju pink, celana pink,
sepatu pink, tutup muka pink, telinga pink dan hidung pink
(BABIIIIII DEEEHHH….)
Ahh…sudahlah
Tambah ga penting aja tulisan ini
Yauda..

Bagi yang merayakan selamat aja, bagi yang memang ga pengen merayakan
ya…santai aja
Tapi buat yang pengen merayakan tapi keadaan belum mengijinkan (baca :
jomblo red.)….semoga cepat mendapatkan pasangan
Ingat prinsip pertama harus jual mahal, sambil berkata “SIAPA GW”
Kalo belum dapet juga diturunkan menjadi “SIAPA DIA?”
Tapi kalo memang belum bisa juga, turunkan lagi menjadi “SIAPA AJA DEEEHH”
ok!

Loh…tapi kan judul artikel ini Islam dan Hari Valentine, lalu mana kajiannya?

GA TAU DEEEEEH… 😀

Oleh: Rizky Darmaputra, Judul: Serba-Serbi Valentine (dengan sedikit revisi)
fauzifathurrahim-palestinakita.blogspot.com/

#> 7

Jangan Latah Rayakan Valentine Day
Pekanbaru, 13 Pebruari 2003 11:30
Hari Kasih Sayang (Valentine Day) tidak perlu diikuti bangsa Indonesia, karena perayaan tersebut bukan merupakan kewajiban kultur, peradaban dan pengalaman religius bangsa Indonesia.
“Masyarakat tidak perlu ikut-ikutan merayakan hario kasih sayang itu, karena bukan budaya bangsa ini,” ujar seorang sosiolog dan budayawan Riau, Dr Yusmar Yusuf, MPsi di Pekanbaru, Kamis.
Ketika ditanya mengenai tergila-gilanya masyarakat untuk turut merayakan hari tersebut, Yusmar menjelaskan, karena Valentine Day dipopulerkan kaum selebritis dan kaum elit, sehingga masyarakat jadi ikut-ikutan.
Menurut dia, masyarakat menganggap apa pun yang dibuat kaum selebriti dan kelompok elit sebagai peradaban yang pantas ditiru, padahal kegiatan tersebut tidak harus diikuti, sebab itu hanya budaya latah mengikuti peradaban bangsa asing.
Ia membenarkan, Valentine Day lahir untuk memperingati Valentino, seorang tokoh Nasrani yang hidup pada abad pertengahan dan dianggap suci oleh penganutnya.
Namun, lanjut dia, peringatan dan pemujaan terhadap Valentino itu justru baru muncul pada dekade 80-an, yang digembar-gemborkan kalangan selebritis.
“Valentine Day merupakan gejala globalisasi yang seharusnya dapat dipilah masyarakat Indonesia dan tidak ikut latah merayakannya,” ungkap Yusmar, seraya menambahkan, budaya bangsa perihal kasih sayang juga ada, namun tidak pernah dirayakan seperti memperingati Valentine Day.
Ia mencontohkan, kalangan masyarakat Melayu Riau memiliki Kenduri Apam, dimana perayaan tersebut dirayakan pada 1 Muharram, sebagai tanda kasih sayang masyarakat membuat apam (kue yang terbuat dari tepung beras).
Menurut dia, kue tersebut dibagi ke sanak famili atau tetangga sebagai ucapan kasih sayang dan syukur, namun tradisi tersebut kini telah lenyap.
Yusmar mengatakan, suku bangsa yang lain juga punya tradisi serupa dalam mengungkapkan kasih sayang, namun telah dilupakan masyarakat. Malah lebih bangga dengan budaya asing yang bernama Valentine Day.
“Masyarakat kita sekarang telah terpedaya dengan budaya asing dan melupakan tradisi budaya sendiri yang seharusnya digali dan digalakkan,” katanya.
“Seharusnya, kaum selebriti Indonesia memperkaya diri dengan tradisi bangsa sendiri, bukannya menjunjung budaya asing,” tegasnya. [Tma, Ant] infoanda.com

Tinggalkan komentar